Jumat, 01 Januari 2016

HUJAN PERTAMA YANG KUTERJANG BERSAMAMU

Hujan siang itu sempat menahanmu untuk tinggal, duduk bersama denganku di bangku depan kelas. Akupun turut sengaja menemani mu berlama-lama, menunggu hingga hujan reda. Kita pun larut dalam cerita, ada canda ada tawa. Tak pernah sebelumnya aku berbincang dengan seorang gadis dengan penuh keterbukaan. Obrolan tentang pengalaman, hobi dan cita-cita mengiringi suara rintik hujan di atap kelas.  

       Waktu berlalu, ku coba melihat jam yang tergantung di dinding kelas. Ternyata sudah hampir sore. Kaupun mulai terlihat cemas, hujan tak kunjung reda malah semakin deras. Seakan hujan mengerti, aku tak ingin beranjak dari sini. Kaupun bediri dari sampingku lalu mengajak ku untuk berlari melewati hujan. Sempat aku menunjukkan ekspresi penolakan, tapi akupun harus pulang.
     Hentakan sepasang kaki membuat percikan kecil di sepanjang jalan pulang. Dengan berlari pelan, kau dan aku menerobos hujan. Sebenarnya aku bisa berlari lebih kencang, tapi kuputuskan untuk mengimbangi irama kakimu agar kau tak tertinggal dibelakang. Meskipun harus kurelakan seragam sekolahku basah, tapi aku menikmati saat-saat itu. karena kita tak pernah terlalu tua untuk menikmati hujan. Hari itu kau terlihat begitu bahagia.
       Sampai di pertigaan jalan, kitapun berpisah. Kau mengucapkan terima kasih dan mendaratkan kecupan kecil di pipiku yang basah. Pipiku ku pun memerah. Dengan senyum manja kau berlari menjauh. Tak kuhiraukan jutaan titik air yang jatuh menimpa tubuhku, aku masih berdiri mencoba menikmati moment itu. Teriakanmu yang menyuruhku segera pulang membuyarkan lamunanku.

       Dengan hati berbunga-bunga, aku pun meneriakkan perasaanku padamu. Kuteriakkan sekencang-kencangnya bahwa aku jatuh cinta padamu. Senyum manismu seakan menandakan perasaan yang sama padaku. Sejak saat itu, kitapun berjanji untuk selalu bertemu. Mengikat sayang sebagai pasangan baru.

0 komentar:

Posting Komentar